PENTINGNYA PENGUASAAN TEORI BELAJAR BAHASA
BAGI GURU BAHASA INDONESIA
Rizka kurnia ayu
Rizkakurniaayu@yahoo.co.id
ABSTRAK
Disadari atau tidak Berbahasa dan berpikir merupakan ciri utama yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Karena memiliki keduanya, maka manusia sering disebut sebagai makhluk yang mulia dan makhluk sosial. Dengan pikirannya manusia menjelajah ke setiap fenomena yang nampak bahkan yang tidak nampak. Berbahasa merupakan kelanjutan dari proses berpikir. Karenanya diperlukan bahasa dalam kehidupan setiap orang untuk bisa berinteraksi dengan dunia di luar dirinya. Untuk mempelajari atau memperoleh bahasa dengan cara mudah diperlukan penguasaan bahasa yang baik , salah satu caranya adalah dengan memahami teori belajar bahasa meliputi Behaviorisme, Nativisme, Kognitivisme, Fungsional (interaksionis)Konstruktivisme serta Humanisme. Guru merupakan tenaga penggerak utama di sektor pendidikan dilihat dari funsgi guru untuk mengajar , mendidik dan membimbing anak didiknya menuju ambang kesuksesan. Guru haruslah memahami secara menyeluruh terkait dengan bidang studi yang ditekuninya . Sebagai seorang guru bahasa indonesia , berbagai macam pengetahuan mengenai teori belajar bahasa haruslah dimiliki guna mempermudah proses pembelajaran bahasa lndonesia .
Kata kunci : Teori belajar bahasa , Guru bahasa lndonesia.
PENDAHULUAN
Disadari atau tidak Berbahasa dan berpikir merupakan ciri utama yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Karena memiliki keduanya, maka manusia sering disebut sebagai makhluk yang mulia dan makhluk sosial. Dengan pikirannya manusia menjelajah ke setiap fenomena yang nampak bahkan yang tidak nampak. Berbahasa merupakan kelanjutan dari proses berpikir. Karenanya diperlukan bahasa dalam kehidupan setiap orang untuk bisa berinteraksi dengan dunia di luar dirinya. Untuk mempelajari atau memperoleh bahasa degan cara mudah diperlukan penguasaan bahasa yang baik salah satu caranya adalah dengan memahami teori belajar bahasa.
teori belajar bahasa patut dimengerti dan dikuasai oleh seorang guru bahasa Indonesia . Dikatakan guru bahasa indonesia karena bidang studi yang diampu adalah bahasa Indonesia karenanya ada tuntutan jika guru bahasa indonesia haruslah memiliki kempampuan rata-rata lebih tinggi diatas guru bidang studi lainnya dalam bidang kebahasaan. Sebagai seorang guru bahasa indonesia, berbagai macam pengetahuan mengenai teori belajar bahasa haruslah dimiliki guna mempermudah proses pembelajaran . Masing-masing guru menerapkan teori bahasa tertentu yang dirasa cocok bagi diri dan situasi kelas yang diajarnya. Namun ternyata sebuah teori belajar bahasa saja tidak cukup, Namun ternyata sebuah teori belajar bahasa saja tidak cukup, karenanya guru diupayakan untuk memahami berbagai macam teori belajar bahasa yang ada meliputi Behaviorisme, Nativisme, Kognitivisme, Fungsional (interaksionis) Konstruktivisme serta Humanisme. Hal ini mempermudah guru untuk menciptakan model pembelajaran baru yang menghindarkan siswa dari kejenuhan dan mempermudah siswa dalam belajar atau memperoleh bahasa mengingat tidak semua siswa dapat menyerap teori yang sama dalam hal pemerolehan bahasa. pentingnya teori belajar bahasa bagi guru bahasa Indonesia adalah mempermudah proses pembelajaran, terutama dalam hubungannya dengan mengajar siswa dalam hal pemerolehan bahasa.
Fungsi teori belajar bahasa menurut para ahli
Menurut Mc lauglin dalam (Hadley: 43, 1993) Fungsi teori adalah untuk membantu kita mengerti dan mengorganisasi data tentang pengalaman dan memberikan makna yang merujuk dan sesuai.
Ellis menyatakan bahwa setiap guru pasti sudah memiliki teori tentang pembelajaran bahasa, tetapi sebagian besar guru tersebut tidak pernah mengungkapkan seperti apa teori itu. Teori mempunyai fungsi yaitu : 1) Mendeskripsikan, menerangkan, menjelaskan tentang fakta. Contohnya fakta bahwa mengapa bumi berbentuk bulat . 2) Meramalkan kejadian-kejadian yang akan terjadi berdasarkan teori yang sudah ada. 3) Mengendalikan yaitu mencegah sesuatu supaya tidak terjadi dan mengusahakan supaya terjadi.
Menurut Kimble and Garmezy (1963: 133).Teori berhubungan dengan belajar. Belajar adalah acquiring or getting knowledge of a subject or a skill by study, experience, or instruction ( pemerolehan ilmu melalui belajar, pengalaman, pelatihan) atau learning is relatively permanent change in a behavioral tendency and is the result of reinforced practice Dengan kata lain teori belajar bahasa adalah gagasan-gagasan tentang pemerolehan bahasa.Semua kegiatan belajar melibatkan ingatan. Jika kita tidak dapat mengingat apa pun pengalaman kita maka kita tidak dapat belajar. Seringkali kita lupa, padahal sesuatu yang kita lupakan belum tentu hilang dari ingatan. Refleksi dari pengalaman belajar di sekolah menunjukkan bahwa sesuatu yang pernah dipelajari sungguh-sungguh bisa menjadi lupa. Ingatan dapat digali kembali dengan cara merangsang otak. Pengetahuan yang terlupakan dapat diingat kembali dengan cara belajar kembali.
Menurut Oemar Hamalik (2001: 154), prinsip belajar meliputi: 1. Dilakukan dengan sengaja. 2. Harus direncanakan sebelumnya dengan struktur tertentu.3. Guru menciptakan pembelajaran buat siswa. 4. Memberikan hasil tertentu buat siswa. 5. Hasil-hasil yang dicapai dapat dikontrol dengan cermat. 6. Sistem penilaian dilaksanakan secara berkesinambungan. Sedangkan ciri-ciri perubahan perilaku dalam belajar: terjadi secara sadar, bersifat kontinu, fungsional, bersifat positif, aktif, tidak bersifat sementara, bertujuan atau terarah, mencakup seluruh aspek perilaku individu.
Menurut Suryabrata dalam Sumardi (1998: 232) proses belajar diharapkan membawa perubahan (dalam arti behavioral Changes, aktual maupun potensial), menghasilkan kecakapan baru, adanya usaha mencapai hasil yang lebih baik (dengan sengaja. Setelah dijelaskan mengenai fungsi teori belajar bahasa berikut akan dijelaskan mengenai cara mudah untuk mengajarkan suatu bahasa kepada peserta didik.
Standart seseorang dapat dikatakan sebagai guru bahasa lndoesia
Orang yang akan mengajarkan suatu bahasa (guru bahasa) hendaknya mengetahui dengan baik bahasa yang akan diajarkannya serta sanggup berbicara dalam bahasa tersebut. Guru bahasa juga harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang unsur-unsur bahasa yang mana yang harus diajarkan, yang mana di antara unsur-unsur tersebut yang lebih didahulukan dan bagaimana cara-cara yang dapat tepat mengajarkan tiap unsur bahasa tersebut.Menurut Bloomfield tujuan pengajaran bahasa, yaitu membuat pelajar bahasa mampu berbahasa yang dipelajarinya, dalam waktu secepat-cepatnya dan tepat seperti pemakai aslinya mengucapkan bahasanya. Hal ini dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut : (1)Melatihkan secara intensif ucapan bunyi-bunyi bahasanya (drill fonetis). Dalam hubungan ini disarankan agar ucapan bunyi-bunyi bahasa tersebut diusahakan setepat-tepatnya seperti pemakai aslinya (native speaker-nya) mengucapkan bunyi-bunyi tersebut. Hal ini dapat dicontohkan dengan ketika guru menciptakan kelas mendengarkan( listening ). Maksudnya siswa diajak untuk mendengarkan langsung agar memahami bahasa keseharian masyarakat yang ingin dipelajarinya. Misalnya seorang guru bahasa indonesia yang mengajari siswa asing. Langkah awal yang diterapkannya adalah melatihakan secara intensif bunyi-nunyi bahasa ( drill fonetis ) (2)Seorang guru bahasa indonesia yang mengajar di dalam kelas pemula harus Menyediakan waktu yang cukup (8 jam seminggu) . Adapun pengajaran utama yang dilakukan adalah melatihkan bunyi-bunyi bahasa (“drill fonetis” ). Waktu 8 jam seminggu dirasa cukup untuk mempermudah pemeroleh bahasa tingkat awal untuk mempelajari bahasa yang di inginkan. Waktu yang relatif sedikit dan jarak waktu belajar yang relatif lama dikhawatirkan membuat pemeroleh bahasa di tingkat awal akan terganggu atau bahkan cenderung lupa dikarenakan yang dipelajari bukan hafalan yang bisa dilihat secara berulang tetapi lebih ditekankan pada praktek mengenai cara mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. (3)Mempertentangkan bahasa yang dipelajari dengan bahasa yang dimiliki oleh pelajar bahasa (“approach contrastive”). Hal ini dianggap memudahkan siswa untuk mengingat tiap kata dari bahasa yang dipelajarinya. Misalnya dalam bahasa jawa , kata “gak’’ jika di rubah kedalam bahasa lndonesia menjadi “tidak”. Kata lainnya yakni “Awakmu” menjadi “Kamu”. Kata dalam bahasa inggris misalnnya “ Yes” menjadi “Ya”. Dengan mempertentangkan bahasa , pemeroleh bahasa tingkat awal akan mudah mengingat kata-kata dalam bahasa indonesia yang telah dipelajarinya.
Macam-macam Teori Belajar bahasa.
TEORI BEHAVIORISME
John B. Watson (1878-1958) dari Amerika .Teorinya memusatkan perhatiannya pada aspek yang dirasakan secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus dan respons pada dunia sekelilingnya. Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus). Jika rangsangan telah diamati dan diketahui maka gerak balas pun dapat diprediksikan. Watson juga dengan tegas menolak pengaruh naluri (instinct) dan kesadaran terhadap perilaku. Jadi setiap perilaku dapat dipelajari menurut hubungan stimulus - respons.
Teori Behavior Skinner (1957) . Kemampuan berbicara dan memahami bahasa diperoleh melalui rangsangan lingkungan. Anak hanya merupakan penerima pasif dari tekanan lingkungan. Anak tidak memiliki peran aktif dalam perilaku verbalnya. Menurut Skinner, perilaku verbal adalah perilaku yang dikendalikan oleh akibatnya. Bila akibatnya itu hadiah, perilaku itu akan terus dipertahankan. Kekuatan serta frekuensinya akan terus dikembangkan. Bila akibatnya hukuman, atau bila kurang adanya penguatan, perilaku itu akan diperlemah atau pelan-pelan akan disingkirkan. Skinner memanipulasikan pengalamannya ke dalam teori belajar bahasa. Menurut Skinner tingkah laku bahasa dapat dilakukan dengan cara penguatan. Penguatan itu dapat terjadi melalui dua proses yaitu stimulus dan respons. Dengan demikian, yang paling penting adalah mengulang-ulang stimulus dalam bentuk respons. Skinner mengatakan pula bahwa belajar bahasa merupakan masalah stimulus, respons, ulangan dan ganjaran. Setiap penampilan anak selalu merupakan stimulus dan respons. Tuturan berupa stimulus dan respons diperkuat kembali dengan ulangan. Jadi, belajar bahasa adalah, stimulus-respons, penguatan, ulangan dan tiruan (Roekhan dan Nurhadi: 1990: 13). Teori behaviorisme dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Dalam pembelajaran bahasa, teori ini memandang organisme itu adalah siswa, stimulus itu pengajaran yang diwujudkan dalam bentuk tugas, perintah atau contoh, sedangkan respons adalah tingkahlaku bahasa siswa sebagai reksi terhadap pengajaran yang diajarkan guru dan penguatan adalah balikan dari guru yang dinyatakan dalam bentuk pujian dan penguatan verbal/ nonverbal. Pavlov berpendapat bahwa pembelajaran merupakan rangkaian panjang dari respons-respons yang dibiasakan.
Teori Nativisme atau Mentalistik
Pemerolehan bahasa pada manusia tidak boleh disamakan dengan proses pengenalan yang terjadi pada hewan. Mereka tidak memandang penting pengaruh dari lingkungan sekitar. Selama belajar bahasa pertama sedikit demi sedikit manusia akan membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah terprogramkan. Dengan perkataan lain, mereka menganggap bahwa bahasa merupakan pemberian biologis sejak lahir. Chomsky (Ellis, 1986: 4-9) Mereka merupakan tokoh Teori Nativisme mengatakan bahwasannya hanya manusialah satu-satunya makhluk Tuhan yang dapat melakukan komunikasi lewat bahasa verbal. Selain itu bahasa juga sangat kompleks oleh sebab itu tidak mungkin manusia belajar bahasa dari makhluk Tuhan yang lain. Chomsky juga menyatakan bahwa setiap anak yang lahir ke dunia telah memiliki bekal dengan apa yang disebutnya “alat penguasaan bahasa” atau LAD (language Acquisition Device).
Teori Kognitivisme
Jika pendekatan kaum behavioristik bersifat empiris maka pendekatan yang dianut golongan kognitivistik lebih bersifat rasionalis. Konsep sentral dari pendekatan ini yakni kemampuan berbahasa seseorang berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan kognitif sang anak. Mereka beranggapan bahwa bahasa itu distrukturkan atau dikendalikan oleh nalar manusia. Pendekatan Kognitif Menjelaskan Bahwa: Dalam belajar bahasa, bagaimanakah cara kita berpikir, belajar terjadi dari kegiatan mental internal dalam diri kita,belajar bahasa merupakan proses berpikir yang kompleks.
Dalam teori kognitivisme terdapat Pola Tahapan Proses Belajar Bahasa yang disesuaikan dengan tingkat usia (Sesuai Umur) . Adapun pola yang ada sebagai berikut : a)Asimilasi: proses penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur kognitif. b)Akomodasi: proses penyesuaian struktur kognitif dengan pengetahuan baru c) Disquilibrasi: proses penerimaan pengetahuan baru yang tidak sama dengan yang telah diketahuinya. d) Equilibrasi: proses penyeimbang mental setelah terjadi proses asimilasi.
Teori Fungsional (interaksionis)
Bahasa merupakan manifestasi kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah dunia, untuk berhubungan dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri sendirisebagai manusia. Lebih lagi kaedah generatif yang diusulkan di bawah naungan nativisme itu bersifat abstrak, formal, eksplisit dan logis, meskipun kaidah itu lebih mengutamakan pada bentuk bahasa dan tidak pada tataran fungsional yang lebih dari makna yang dibentuk dari makna yang dibentuk dari interaksi sosial. Menurut SlobinTeori Fungsional (Interaksionis) : 1) Pada asas fungsional, perkembangan diikuti oleh perkembangan kapasitas komunikatif dan konseptual yang beroperasi dalam konjungsi dengan skema batin konjungsi . 2) Pada asas formal, perkembangan diikuti oleh kapasitas perseptual dan pemerosesan informasi yang bekerja dalam konjungsi dan skema batin tata bahasa.
Teori Konstruktivisme (Jean Piaget dan Leu Vygotski)
Ahli kontruktivisme menyatakan bahwa manusia membentuk versi mereka sendiri terhadap kenyataan, mereka menggandakan beragam cara untuk mengetahui dan menggambarkan sesuatu untuk mempelajari pemerolehan bahasa pertama dan kedua. Siswa dapat benar-benar memahami konsep ilmiah dan sains karena telah mengalaminya. Dalam kerjanya, ahli konstruktif menciptakan lingkungan belajar yang inovatif dengan melibatkan guru dan pelajar untuk memikirkan dan mengoreksi pembelajaran. Untuk itu ada dua hal yang harus dipenuhi, yaitu: 1) Pembelajar harus berperan aktif dalam menyeleksi dan menetapkan kegiatanbelajar yg menarik dan memotivasi pelajar, 2) Harus ada guru yang tepat untuk membantu pelajar-pelajar membuat konsep-konsep, nilai-nilai, skema, dan kemampuan memecahkan masalah.
Teori Humanisme
Tujuan utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa agar bisa berkembang di tengah masyarakat. Teori humanisme menurut Coombs (1981): 1) Pengajaran disusun berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa.2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasikan dirinya untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya. . 3) Pengajaran disusun untuk memperoleh keterampilan dasar (akademik, pribadi, antar pribadi, komunikasi, dan ekonomi). 4)Memilih dan memutuskan aktivitas pengajaran secara individual dan mampu . 5) Mengenal pentingnya perasaan manusia, nilai, dan persepsi. suasana belajar yang menantang dan bisa dimengerti. 6) Mengembangkan tanggung jawab siswa, mengembangkan sikap tulus, respek, dan menghargai orang lain, dan terampil dalam menyelesaikan konflik.
Teori Sibernetik
Istilah sibernetika berasal dari bahasa Yunani (Cybernetics berarti pilot). Istilah Cybernetics yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi sibernetika, pertama kali digunakan th.1945 oleh Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul Cybernetics. Nobert mendefinisikan Cybernetics sebagai berikut," The study of control and communication in the animal and the machine." Istilah sibernetika digunakan juga oleh Alan Scrivener (2002) dalam bukunya 'A Curriculum for Cybernetics and Systems Theory.' Sebagai berikut "Study of systems which can be mapped using loops (or more complicated looping structures) in the network defining the flow of information. Systems of automatic control will of necessity use at least one loop of information flow providing feedback." Artinya studi mengenai sistem yang bisa dipetakan menggunakan loops (berbagai putaran) atau susunan sistem putaran yang rumit dalam jaringan yang menjelaskan arus informasi. Sistem pengontrol secara otomatis akan bermanfaat, satu putaran informasi minimal akan menghasilkan feedback. Sementara Ludwig Bertalanffy memandang fungsi sibernetik dalam berkomunikasi. Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi (penyampaian informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan memperhatikan lingkungan. Seiring perkembangan teknologi informasi yang diluncurkan oleh para ilmuwan dari Amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan informasi berkembang pesat. Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai : INPUT => PROSES => OUTPUTTeori sibernetik diimplementasikan dalam beberapa pendekatan pengajaran (teaching approach) dan metode pembelajaran, yang sudah banyak diterapkan di Indonesia. Misalnya virtual learning, e-learning, dll.
Pentingnya Teori Belajar Bahasa Bagi Guru Bahasa lndonesia.
Teori belajar bahasa memiliki fungsi yang sangat penting bagi seorang guru bahasa indonesia terutama dalam hubungan nnya dengan pengajaran bahasa kepada peserta didik. Berikut adalah alasan mengapa guru perlu memahami teori belajar bahasa teruama dalam tugas yang berhubungan dengan profesinya.
Behavioristik.
Teori Pembiasaan Klasik dari Pavlov (1848-1936) yang merupakan teori stimulus – respons yang pertama menjadi dasar lahirnya teori-teori Stimulus – Respons yang lainnya. Pavlov berpendapat bahwa pembelajaran merupakan rangkaian panjang dari respons-respons yang dibiasakan. Menurut teori Pembiasaan Klasik ini kemampuan seseorang untuk membentuk respons-respons yang dibiasakan berhubungan erat dengan jenis sistem yang digunakan. Teori ini percaya adanya perbedaan-perbedaan yang dibawa sejak lahir dalam kemampuan belajar. Respons yang dibiasakan (RD) dapat diperkuat dengan ulangan-ulangan teratur dan intensif. Teori Pavlov tersebut didukung pula oleh Thorndike (1874-1919) yang menghasilkan Teori Penghubungan atau dikenal dengan trial and error. Thorndike menemukan hukum latihan ( the law of exercise) dan hukum akibat (the law of effect) yang kita kenal sekarang dengan reinforcement atau penguatan. Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika belajar naik sepeda atau dalam belajar bahasa adalah dalam pengucapan kata-kata sulit. Kegagalan yang diulang terus menerus lama-kelamaan akan berhasil. Jadi pada intinya peran guru jika disesuaikan dengan teori behaviorisme ini adalah dengan memberi penguatan kepada anak didiknya dalam hal pemerolehan bahasa. Hal ini dapat dilakukan melalui sajian metode pengajaran yang lebih kreatif dan dapat menarik minat siswa untuk belajar bahasa misalnya dengan menyuruh siswa memnceritakan sesuatu yang diinginkannya dengan bahasanya sendiri dalam durasi waktu yang telah ditentukan. Walaupun pada awalnya siswa kesulitan dalam menyampaikan isi cerita namun jika dibiasakan anak tersebut akan dapat dengan mudah menyampaikan isi cerita. Awalnya memang dimungkinkan terjadi banyak kesalahan dalam cara penyampaian isi cerita namun lambut laun anak tersebut akan lebih banyak menyerap kata berdasarkan pembenaran yang didaat dari guru mengenai apa yang seharusnya dikatakan atau bahasa seperti apakah yang dirasa lebih cocok dan sebagainya.
Teori nativisme ( mentalistik )
setiap anak yang lahir ke dunia telah memiliki bekal dengan apa yang disebutnya “alat penguasaan bahasa” atau LAD (language Acquisition Device). Chomsky mengemukakan bahwa belajar bahasa merupakan kompetensi khusus bukan sekedar subset belajar secara umum. Cara berbahasa jauh lebih rumit dari sekedar penetapan stimulus- respons. Eksistensi bakat bermanfaat untuk menjelaskan rahasia penguasaan bahasa pertama anak dalam waktu singkat, karena adanya LAD. Belajar bahasa pada hakikatnya hanyalah proses pengisian detil kaidah-kaidah atau struktur aturan-aturan bahasa ke dalam LAD yang sudah tersedia secara alamiah pada manusia tersebut. Manusia mempunyai bakat untuk terus menerus mengevaluasi sistem bahasanya dan terus menerus mengadakan revisi untuk pada akhirnya menuju bentuk yang diterima di lingkungannya. Seorang guru harus bisa mengenali kemampuan brbahasa anak didiknya. Menurut teori ini ahasa adalah bawaan sejak lahir dan hal tersebut menunjukan jika tidak semua anak memiliki kadar kemampuan berbahasa yag sama. Melalui teori ini guru akan dapat memilih cara pembelajaran seperti apa yang cocok diterapkan didalam proses pembelajaran yang dilakukannya. Setelah mengetahui kemampuan masing-masing anak dimungkinkan jika anak tersebut membentuk suatu kelompok drama dengan mencampurkan jumlah siswa yang pandai berbahasa dan kurang pandai berbahasa. Pada saat anak berkelompok akan terjadi interaksi secara langsung yang berujung pada kerjasama di dalam kelompok untuk saling membenahi kekurangan siswa lain dalam satu kelompok. Guru hanya berperan sebagai pengamat yang akan membenahi jika dirasa ada yang kurang tepat . Selain memunculkan kerjasama proses velajar bahasa dapat dilakukan sebanyak dua kali yakni anata guru dan murid serta antar sesama murid.
Teori Kognitivisme
Menurut aliran kognitivisme, belajar merupakan penghubungan pemahaman yang satu dengan yang lain untuk menghasilkan pemahaman yang utuh dan bermakna. Oleh karena itu, dalam hal ini guru harus memperhatikan kesinambungan dan keterpaduan antar materi yang satu dengan yang lain. Dalam proses pembelajaran biasanya terdapat materi yang tidak jauh berbeda antara yang satu dengan yang lain misalnya “ menentukan unsur intrinsik dalam cerita” dan “ memahami bagian-bagian unsur dalam cerita”. Jika berkaca pada teori ini maka proses yang dilakukan guru sebelumnya adalah memberi pengetahuan kepada siswa mengenai keseluruhan dari unsur intrinsik sebelum siswa mendapat tugas sehingga siswa tidak bingung karena terkadang informasi yang ada di dalam buku cetak tidak mudah dipahami siswa karenanya merupakan tugas guru untuk membentuk suatu pemahaman yang utuh agar siswa mengerti dan berpedoman pada satu titik saja sehingga tidak terjadi kesalahpahaman pada siswa dalam pengerjaan tugas yang diberikan guru.
Teori Konstruktivisme
Dalam rangka kerjanya ahli kosntruktif menantang guru-guru ntuk menciptakan lingkungan yang inovatif dengan melibatkan guru dan pelajar untuk memikirkan dan mengoreksi pembelajaran. Untuk itu ada dua hal yang harus dipenuhi, yaitu : 1) Pembelajar harus berperan aktif dalam menyeleksi dan menetapkan kegiatan sehingga menarik dan memotivasi pelajar. 2) Harus ada guru yang tepat untuk membantu pelajar-pelajar membuat konsep-konsep, nilai-nilai dan kemampuan memecahkan masalah.
Bruner berpendapat (dalam Djuanda, 2006: 13) bahwa yang terpenting dalam belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar banyak dan mudah.
Dalam merencanakn isi dan proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Sekolah Dasar, guru harus memperhatikan: 1) mencari materi yang konkret dan dapat diamati siswa,
2) menentukan karakteristik isi pembelajarannya,3) mengetahuai apa yang dibayangkan dan direfleksikan siswa . 4) menghubungkan sesuatu yang diketahui siswa dangan lingkungannya,
5) menghubungkan konteks social masyarakat dengan isi dan proses pembelajaran.
Teori Fungsional
Teori ini lebih menekankan pada fungsinya sebagai alat kounikasi. Berkaca pada teori ini seorang guru akan lebih terbuka dalam proses pembelajaran didalam kelas. Teori ini akan mempermudah guru terutama dalam model belajar berbentuk diskusi. Siswa biasanya kesulitan dalam berbahasa secara formal akibatnya ide atau pendapat yang dimiliki tidak dapat dituangkan hanya karena siswa bingung bagaimana cara menungkan. Andaikan guru memberi keleluasaan pada siswa untuk bisa berbicara atau mengemukakan pendapat yang dimiliki dengan bahasa nya sendiri dimungkinkan akan banyak siswa yang lebih aktif dalam proses pembelajaran yang ada namun guru juga tetap memiliki fungsi sebagai korektor bahasa pada akhir diskusi atau sesekali membenarkan bahasa siswa yang dirasa kurang benar.
Teori Humanisme
Humanisme memiliki arti memanusiakan manusia. Teori ini mengajarkan rasa menghargai dari guru terhadap siswa. Banyak ditemui kejadian yang berhubungan dengan kekerasan pada anak didik bbaik di media cetak ataupun elektronik. Menjadi guru berati harus siap terhadap segala hal yang berhubungan dengan perilaku siswa. Terkadang ada seorang guru yang merasa dirinya paling benar dan tidak menerima kritik dari anank didiknya. Seharusnya guru tersebeut tidak berperilaku demikian. Siswa mungkin memang takut tetapi siswa tidak menaru hormat terhadap guru semacam itu. Guru yang baik adalah guru yang dihormati bukan ditakuti.
Teori Sibernetik
Sibernetika adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi Seiring perkembangan teknologi informasi yang diluncurkan oleh para ilmuwan dari Amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan informasi berkembang pesat. Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Teori sibernetik diimplementasikan dalam beberapa pendekatan pengajaran (teaching approach) dan metode pembelajaran, yang sudah banyak diterapkan di Indonesia. Misalnya virtual learning, e-learning, dan lainnya. Pada intinya dengamn memahami teori ini guru akan lebih mudah dalam menjalani tugasnya sebagai pendidik.
PENUTUP
Guru merupakan tenaga penggerak utama di sektor pendidikan dilihat dari funsgi guru untuk mengajar , mendidik dan membimbing anak didiknya menuju ambang kesuksesan. Guru haruslah memahami secara menyeluruh terkait dengan bidang studi yang ditekuninya . Sebagai seorang guru bahasa indonesia , berbagai macam pengetahuan mengenai teori belajar bahasa haruslah dimiliki. Pentingnya teori belajar bahasa bagi guru bahasa Indonesia adalah mempermudah proses pembelajaran. Masing-masing guru menerapkan teori bahasa tertentu yang dirasa cocok bagi diri dan situasi kelas yang diajarnya. Namun ternyata sebuah teori belajar bahasa saja tidak cukup, karenanya guru diupayakan untuk memahami berbagai macam teori belajar bahasa yang ada meliputi Behaviorisme, Nativisme, Kognitivisme, Fungsional (interaksionis)Konstruktivisme serta Humanisme. Hal ini mempermudah guru untuk menciptakan model pembelajaran baru yang menghindarkan siswa dari kejenuhan dan mempermudah siswa dalam belajar atau memperoleh bahasa mengingat tidak semua siswa dapat menyerap teori yang sama dalam hal pemerolehan bahasa.
DAFTAR PUSTAKA
Saksomo, Dwi. 1983. Strategi Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang
Suryabrata, Sumardi.1998. Psikologi pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Theoryabs@well.com
Theoryabs@well.com
Suharnan, 2005. Psikologi Kognitif. Srikandi. Surabaya
Pateda, Mansoer, Aspek-aspek Psikolinguistik, 1990, Nusa Indah. Flores.
Ringtone - Pure Titanium Earrings - Titanium Art
BalasHapusRingtone. Ringtone. titanium men\'s wedding band Pure Titanium Earrings. Ringtone. t fal titanium Ringtone. where is titanium found Ringtone. Ringtone. Ringtone. Ringtone. Ringtone. Ringtone. Ringtone. Ringtone. Ringtone. 2016 ford fusion energi titanium Ringtone. titanium sia Ringtone. Ringtone.